Sumenep, Kroscek.id – Perkumpulan Fauzi 9 (F9) menyasar guru-guru alif di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, untuk sosialisasi kerukunan umat beragama. Kali ini sosialisasi digelar di Aula Gedung MWC NU Pragaan, Desa Pakamban Laok, Kecamatan Pragaan. Puluhan guru alif yang mengikuti sosialisasi itu delegasi dari Kecamatan Pragaan, Guluk-guluk, dan Kecamatan Ganding.
Sosialisasi bertema “Menguatkan Nilai-nilai Toleransi dan Moderasi Beragama di Kalangan Guru Alif Untuk Sumenep Unggul” itu mengahadirkan sejumlah pemateri profesional, yaitu Dr Iwan Kuswandi (Dosen STKIP PGRI Sumenep), Dr Durhan (Dosen INSTIKA Guluk-guluk), dan Abrari, M.Psi (Budawan dan Jurnalis Senior).
Ketua F9, Dr Mohammad Suhaidi, mengungkapkan toleransi dan moderasi beragama di Kabupaten Sumenep harus tetap dirawat. Sebab menurut dia, hal itu merupakan modal dasar untuk kesinambungan sebuah pembangunan. Terlebih di Sumenep belum pernah didengar terjadi konflik imbas perbedaan agama.
“Toleransi dan moderasi beragama ini perlu terus kita kuatkan. Dan guru alif merupakan benteng terkuat untuk menjaga nilai-nilai tersebut,” ujarnya saat sambutan, Sabtu (24/12/2022).
Alumnus Ponpes Annuqayah Guluk-guluk itu bercerita pernah meneliti toleransi dan moderasi beragama di Desa Pabian, Kecamatan Kota. Hasilnya, nilai-nilai tersebut sangat kental dan tetap berjalan hingga saat ini. Katanya, di desa itu berdiri tiga tempat peribadatan berbeda, yaitu Masjid, Gereja dan Kelenteng. Meski masyarakat di desa tersebut menganut agama berbeda, tetapi tidak pernah terjadi konflik, bahkan hidup rukun dan damai.
“Ketika umat muslim merayakan hari raya tertentu, umat agama yang lain justru ikut membantu. Itu contoh kecil. Harmoni kehidupan benar-benar terjadi di desa itu. Ini yang perlu kita jaga,” ucap Suhaidi.
Dia mengajak semua elemen masyatakat, terutama kalangan guru alif, untuk mewaspadai semua upaya membenturkan umat beragama dengan memunculkan konflik tertentu, karena sebentar lagi akan masuk tahun politik 2024. Ia menduga akan ada oknum yang dengan sengaja menjadikan perbedaan agama sebagai cara mengeruhkan suasana demi kepentingan tertentu.
Selebihnya, Suhaidi menyebut bakal mendatangi sejumlah kecamatan lain untuk menggelar kegiatan serupa. Dia berharap upaya yang dilakukan membuahkan hasil sesuai harapan. Sebab ia yakin, bibit radikalisme akan tumbuh bila nilai toleransi dan moderasi beragama mulai pudar di masyarakat. (fik/mat)